Sapaan Mesra untuk Kaum Ekslusivisme

Posted by Kongkow edu On Thursday, January 27, 2011 2 komentar
Kebenaran itu bersifat universal sehingga dapat diterima oleh semua orang dari beragam latar belakang karena 'pembawa beritanya' sadar bahwa kebenaran yang mutlak itu dapat ditinjau berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Ketika terdapat unsur pemaksaan dalam penyampaian 'kebenaran', hal itu berarti yang disampaikan bukan sebuah kebenaran melainkan pembenaran berdasarkan sudut pandang tertentu. Dengan demikian semakin mendekati seseorang memahami kebenaran dari berbagai sudut pandang maka semakin luas pula jiwanya menghargai keberagaman pemahaman

Tuhan memberikan banyak kesempatan untuk makhluknya memahami hakikat diri-Nya. Terkadang manusia sempat juga bersinggah dalam kesesatan untuk sesaat dalam memahami kebenaran melalui proses yang berlika – liku. Tuhan juga tidak mengizinkan makhluknya menghakimi orang lain dalam kesesatan. Kita mengakui kebenaran Tuhan itu mutlak, namun kita juga perlu menyadari bahwa pemahaman kebenaran mutlak Tuhan yang kita pahami itu bersifat relatif. Sehingga sudah selayaknyalah manusia memberikan jalan yang lapang kepada orang lain ketika melakukan ekspresi yang berbeda dalam mengembangkan pemahaman terhadap kebenaran.

Lalu apa yang melandasi diri kita harus mengkerangkeng eksperesi orang lain dalam memahami Tuhan yang diyakininya, apalagi diiringi pula dengan tindakan-tindakan intimidasi fisik guna mencegahnya. Sungguh naif individu – individu esklusif yang merasa kebenaran mutlak milik pribadi. Sehingga berdampak pada sebagian orang bahwa 'BerTuhan' sebagai penyebab terciptanya kekacauan. Hal ini menjadikan manusia bersikap acuh terhadap Tuhan. Padahal ini adalah dampak dari manusia esklusif yang kolot dan intoleran.

Ketika perbedaan keyakinan dijadikan kambing hitam terhadap terjadinya disintegrasi sosial, seharusnya dapat menyadarkan para kaum agamawan bahwa kelapangan dalam keberagamaan perlu dikembangkan. Jiwa – jiwa toleran sangat dibutuhkan guna menciptakan kedamaian dalam kehidupan yang pluralis. Menghargai dan mengakui perbedaan tanpa meninggalkan keyakinan dalam diri merupakan tindakan mulia yang harus dijunjung tinggi.

Permusuhan terhadap keyakinan yang berbeda mengindikasikan tentang para agamawan yang tak sadar diri, doktrin – doktrin yang tersampaikan olehnya belum mengajarkan sikap inklusif dan mencerminkan kedamaian sosial. Berorasi dan mengadakan penyuluhan seperti orator ulung, bukan lagi menjadi fokus para agamawan disaat sekarang ini, melainkan menggunakan kedigdayaan umat untuk membantu dan mengayomi masyarakat secara keseluruhan yang harus diutamakan oleh mereka agar tidak terdapat lagi pernyataan terkait mayoritas dan minoritas melainkan umat manusia yang ingin beragama secara damai.

Apakah dibenarkan, ketika masih banyak masyarakat disibukan dengan memperindah terhadap 'pegangannya' masing-masing, kenapa harus seperti itu? Karena sibuk dengan pegangan sendiri, kita sering melupakan bahwa para pemilik 'pegangan lain' memiliki hak untuk memperoleh lisensi perlindungan dan keselamatan ketika hendak melakukan interaksi baik secara vertikal maupun horizontal. Saya yakin akan lebih bermanfaat ketika seluruh pegangan mensejajarkan diri membentuk seperti jembatan agar tiap-tiap individu sesama pemilik pegangan berjalan beriringan tanpa memcampuri dengan penuh rasa aman. Sehingga nampak jelas bahwa Islam rahmatan lil alamin

Pada akhirnya pluralitas yang merupakan ketetapan Tuhan harus dimanfaatkan dengan cara melatih diri agar selalu menghargai ekspresi orang lain dalam BerTuhan. Sehingga tidak lagi melakukan pembenaran melainkan memberlakukan kebenaran yang mutlak, karena bagaimanapun juga manusia memiliki ritualitas yang beragam dalam mengabdikan diri kepada penciptanya.

2 komentar:

Anonymous said...

biarkan semua punya pegangan masing-masing. semua itu adalah berkah pengetahuan. semakin menjelajah pengetahuan, semakin terbuka cara-cara baru untuk beribadah. pada saatnya nanti ada titik temu yang mempertemukan semua pegangan tersebut pada titik sentral. jangan resah dan itu semua adalah jalan menuju titik central. kita hanya bisa belajar tuk terus perbaiki pada saat moment yang tepat.

rudi ramdani said...

biarkan semua punya pegangan masing-masing. semua itu adalah berkah pengetahuan. semakin menjelajah pengetahuan, semakin terbuka cara-cara baru untuk beribadah. pada saatnya nanti ada titik temu yang mempertemukan semua pegangan tersebut pada titik sentral. jangan resah dan itu semua adalah jalan menuju titik central. kita hanya bisa belajar tuk terus perbaiki pada saat moment yang tepat.

Post a Comment