Pendidikan agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang bertanggung jawab memberikan pemahaman agar terbentuk karakteristik moral bangsa yang santun, karena ajaran-ajaran dalam agama merupakan faktor penting untuk membentuk pribadi-pribadi yang bermoral.
Pada hakekatnya pendidikan agama baru dapat berjalan secara efektif apabila dilaksanakan secara integral. Ajaran-ajaran agama, nilai-nilai dan norma agama harus dapat dicernakan sedemikian rupa hingga mudah untuk diserap oleh kehausan jiwa manusia terhadap kebutuhan spiritual. Umumnya kelambanan daya serap terhadap agama bukan disebabkan oleh ajaran agama itu sendiri, melainkan oleh karena keringnya cernaan ajaran agama pada waktu disajikan kepada peserta didik.
Kelemahan-kelemahan pendidikan Agama Islam di sekolah antara lain pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian, kurikulum pendidikan Agama Islam yang dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi dan minimum informasi, sebagai dampak yang menyertai situasi yang mungkin bisa dipakai untuk pendidikan agama, sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton, keterbatasan sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya.
Pendidikan agama secara langsung menyentuh esensi yang sangat mendasar pada diri anak, terutama dari segi nilai, sikap dan atau pengalaman agamanya. Dapat dipastikan bahwa sekolah akan memberikan nilai, sikap dan tuntunan prilaku serta contoh keagamaan yang positif. Namun peserta didik tidak selalu menjumpai nilai, sikap dan contoh keagamaan itu (dalam keluarga dan masyarakat), yang selalu sesuai tetapi bahkan tidak jarang ditemui yang bertentangan. Keberhasilan pendidikan agama di sekolah-sekolah lebih banyak ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru agama dalam mengelola dan mengembangkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Menciptakan iklim belajar dan mengajar yang menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri serta sikap dan prilaku yang inovatif dan kreatif.
Sehubungan dengan itu pelaksanaan pendidikan agama di sekolah memandang perlunya suasana keagamaan melalui penyediaan sarana dan fasilitas pendidikan serta tempat ibadah sebagai tempat praktek keagamaan. Untuk menunjang keberhasilan guru dalam menyampaikan pelajaran tentunya dibutuhkan keahlian seorang guru dalam mengelola dan menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa serta tercapainya tujuan yang hendak dicapai dengan model pembelajaran yang diterapkan guru dalam proses belajar mengajar.
0 komentar:
Post a Comment